Pemandian Sumber Polaman – Pemandian yang Penuh Nilai Historis dan Mistis

Selain Wisata Air Krabyakan, kota Malang masih mempunyai sejumlah tempat wisata air lainnya. Salah satu di antaranya adalah Pemandian Sumber Polaman. Tempat wisata air ini beralamat di Jalan Indrakila, Polaman, Kalirejo Lawang, Malang, Jawa Timur.

Wisata air berupa tempat pemandian ini letaknya persis di tengah kawasan hutan lindung yang luasnya sekitar 5 hektar. Pemandian ini sendiri terdiri dari tiga buah kolam yang sumber airnya berasal dari Gunung Arjuno. Tak hanya kolam pemandian saja, di tempat wisata ini juga terdapat kolam yang dijadikan tempat berkembang biaknya berbagai jenis ikan di sana.

Mengandung Nilai Sejarah

Pemandian satu ini ternyata mengandung nilai sejarah di dalamnya. Menurut teks Pararaton dan Kidung Harsyawijaya, pemandian ini dikisahkan sebagai tempat Raja Jakatwang yang merupakan raja dari Kerajaan Kediri. Selain itu, tempat ini juga menjadi tempat Raja Jakatwang mencari inspirasi guna menyelesaikan karya sastra gubahannya, Wukir Polaman.

Tempat wisata ini juga dianggap sebagai salah satu rute perjalanan Raja Majapahit keempat, Raja Hayam Wuruk. Selain itu, tempat ini dahulunya juga merupakan tempat transitnya raja-raja Kediri di masa itu. Di zaman dulu, raja-raja Kediri tersebut sering melakukan perjalanan ke wilayah Gunung Kawi dan Gunung Arjuno. Di sela-sela perjalanan, mereka sering mampir sejenak ke Pemandian Air Polaman untuk sekadar mengistirahatkan badan ataupun berendam.

Mengandung Ikan yang Disakralkan

Selain mengandung nilai historis, pemandian satu ini juga mempunyai satu jenis ikan yang disakralkan. Ikan tersebut tak lain adalah ikan wader. Menurut kepercayaan warga sekitar, ikan wader ini berbeda dari ikan-ikan lainnya. Sebab, ikan ini konon muncul sendiri dari dalam tanah, mengikuti aliran dari sumber air Pemandian Air Polaman.

Selain karena muncul dari tanah, ikan yang bernama latin Puntius binotatus ini juga disakralkan karena konon ikan ini adalah peliharaan Mbah Jayadursa. Mbah Jayadursa sendiri merupakan dukun yang mendirikan Desa Dolaman.

Sebagai bentuk pengsakralan terhadap ikan tersebut, pihak warga dan pengelola tempat wisata melarang para wisatawan untuk menangkap ikan tersebut. Menurut mitos setempat, orang yang menangkap ikan tersebut akan mengalami nasib yang amat buruk.

Tak hanya ikannya saja yang disakralkan, namun makam Mbah Jayasudra selaku pemelihara ikan wader tersebut. Adapun bentuk pengsakralan tersebut adalah dengan adanya tradisi bersih desa di sekitaran makam pendiri Desa Polaman tersebut.

Tradisi tersebut biasanya diselenggarakan pada bulan September. Selain bersih desa, tradisi tersebut juga diiringi dengan upacara adat Barikan. Jadi, jika wisatawan datang ke Polaman di bulan September, maka wisatawan bisa berendam di Pemandian Sumber Polaman sembari melihat tradisi bersih desa dan upacara adat Barikan yang diselenggarakan di tempat pemandian tersebut.

Related posts

Leave a Comment